Daftar Blog Saya

Senin, 24 Oktober 2011

kekuatan do'a

hati-hati dengan sebuah do'a...

karna doa memiliki kekuatan yang sangat dahsyat... seperti yang Allah janjikan dalam surat Al-baqarah ayat 186 :" Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada Ku"
ini adalah benar-benar janji Allah kepada manusia.. maka dari itu perhatikanlah apa yang akan kita minta kepada Allah...
jika ada mereka merasa do'a nya tak di dengar olah Allah, padahal ikhtiar dan do'a nya dianggap udah maksimal.. bersabarlah... sabar adalah kunci meraih kesuksesan, jangan langsung berputus asa dan menghakimi bahwa Allah tak adil kepada kita atau Allah tidak menintai kita...
Allah sangat mencintai hamba nya yang shaleh.. yang mau kembali kepada Nya.. mengadu setiap permasalahan kepada Nya.. Hanya saja Allah ingin menguji tingkat kesabaran kita....
dan Allah mengetahui segala yang terbaik untuk hamba Nya.... seperti yang telah di firman kan nya di dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 216 : " boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagi mu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagi mu, Allah megetahui sedangkan kamu tidak mengetahui"

jika kamu sabar, yakinlah Allah akan memberkan kejutan kepada kita yang bersabar.. kejutan berupa hasil dari do'a2 panjang kita slama ini...

tapi berhati-hatilah dengan do'a....
ini yang sering di lupakan oleh manusia..
janganlah engkau mendo'akan suatu keburukan.. karna itu tak ain akan merugikan kau sendiri.... apalagi seorang ibu yang sering melontarkan kata-kata yang tidak pantas kepada anak nya ketika sedang marah... seperti kata "dasar anak bodoh..." ingatlah.. do'a yang paling ujarab adalah do'a keua orang tua... bisa di bayangkan jika kata-kata ibu tadi  di kabulkan oleh anak nya, maka si anak akn seperti apa yang di bilang oleh ibunya tadi.... jadi berdoalah yang baik-baik.. yakin kan dan mantapkan hati ketika berdoa.. tundukkan hati hanya mEnghadap dan mengharap kepada Illahi...

Minggu, 06 Februari 2011

jika akhwat jatuh cinta

Cinta. Aah, memang hal itu dapat menimpa siapa saja.
Hmm, gimana ya klo cinta datang pada seorang akhwat?
akan sangat bingung. apalagi jika pd akhwat yg tanggung usianya.(seperti saya, hihi)
boleh flashback dulu?hehe.jgn bosen yah ngomongin masa lalu,
bukankah pengalaman adalah guru yg terbaik?
ketika SMA, saya pernah jatuh cinta pd seorang kaka kelas.
saat itu yg ada dipikiran saya adalah :
bagaimana caranya agar dia ngasih respon?agar dia juga punya feeling yg sama?
sering skali saya mencuri-curi perhatian, curi-curi pandang,
miskol-miskol ga jelas, ngirim sms dgn tdk mau ngaku identitas.
ga da kerjaan yah?hehe. ya itulah cinta yg membutakan hati.
namun, seiring berjalannya waktu,
saya jd smakin mengerti bagaimana menyikapi cinta
jika saya jatuh cinta pada seorang ikhwan,
saya mencoba menekakankan pd diri saya bahwa dia itu cuma manusia!
ya, manusia biasa, tidak lebih!
jika saya mengagumi seorang ikhwan,
seharusnya sy bisa lebih mengagumi yg menciptakannya!
tapi, memang tdk segampang itu.
ketika cinta datang pd seorang akhwat..
hal itu akan membuat gelisah..
antara rindu dan merasa berdosa.
antara berharap dan ingin melupakan.
duhai para ikhwan,
janganlah memberi perhatian lebih pada kami,
sungguh, kami ini sangat lemah,
tundukanlah pandangan kalian..
jangan biarkan mata ini saling bertemu..
sungguh, kami ini sering berharap lebih..
dan janganlah kalian memuji kami..
simpanlah pujian-pujian itu hanya untuk Allah saja..
sungguh kami ini mudah tersanjung oleh pujian kalian..
belum saatnya cinta ini tumbuh bersemi..
tapi apalah daya kami jika cinta telah terlanjur bersemayam di hati?

jika aku jatuh cinta,
aku ingin berlari ke dalam mihrabku
menangis, bersimpuh, memohon ampun atas dosa hati ini..
astaghfirullahal'adzim..

ketika akhwat jatuh cinta

Akhwat jatuh cinta..
Tak ada y aneh, mrk jg adalah manusia.
Bukankah cinta adalah fitrah manusia?
Tak pantaskah akhwat jatuh cinta?
Mereka jg punya hati dan rasa..

Tapi tahukah kalian betapa berbedanya mereka saat cinta seorang lelaki menyapa hatinya?
Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu d wajah, tak ada buncah suka d dada..
Namun sebaliknya..
Ketika akhwat jatuh cinta..
Y mereka rasakan adalah penyesalan y amat sangat, atas sbuah hijab y tersingkap.
Ketika lelaki y tak halal baginya, bergelayut dlm alam fikirx, y mrk rasakan adalah ketakutan y bgt besar akan cinta y tak suci lg..
Ketika rasa rindu mulai merekah d hatinya, y mereka rasakan adalah kesedihan y tak terperih akan sbuah asa y tak semestinya..

Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu..
Yang ada adalah malam2 y d penuhi air mata penyesalan atas cintaNya y ternodai..
Yg ada adalah kegelisahan, krn rasa y salah arah..
Yg ada adalah penderitaan akan hati y mulai sakit..

Ketika akhwat jatuh cinta..
Bukan harapan u btemu y mrk nantikan, tapi y ada adalah rasa ingin menghindar dan menjauh dr org tsb.
Tak ada kata2 cinta, dan rayu.. Y ada adalah kehawatiran y amat sangat akan hati y mulai merindukan lelaki y blm halal atau bahkan tak akan pernah halal baginya..
Ketika mereka jatuh cinta, maka perhatikanlah, kegelisahan d hatinya y tak mampu lg memberix ketenangan d wajahnya y dulu teduh..
Mrk akan terus berusaha mematikan rasa itu bagaimanapun caranya.. Bahkan kendati dia harus menghilang, maka itu pun akan mrk lakux..

Alangka kasihannya jika akhwat jatuh cinta.. Krn y ada adalah penderitaan..

Tapi ukhti.. Bersabarlah.. Jadikan ini ujian dr Rabbmu..
Matikan rasa itu secepatnya..
Pasang tembok pembatas antara kau dan dia..
Pasang duri dlm hatimu agar rasa itu tak tumbuh bersemai..
Cuci dgn air mata penyesalan akan hijab y tersingkap..
Putar balik kemudi hatimu, agar rasa itu tetap terarah padaNya..
Pupusx rasa rindu padanya dan kembalikan dlm hatimu rasa rindu akan cinta Rabbmu..

Ukhti.. Jangan khawatir kau akan kehilangan cintanya.. Krn bila memang kalian d takdirkan bersama, maka tak akan ada y dpt mencegah kalian bersatu..
Tp ketahuilah, bgm pun usaha kalian u bersatu, jika Allah tak menghendakix, maka tak akan pernah kalian bersatu..

Ukhti.. Bersabarlah.. Biarkan Allah y mengaturnya.. Maka yakinlah.. Semuanya akan baik-baik saja..

Emang akhwat bisa jatuh cinta?

Wah, ngomongin tentang cinta. Akhwat?!Jatuh cinta?! Emang bisa?!
Woi, woi, akhwat juga manusia, akhwat juga bisa jatuh cinta, seakhwatnya akhwat juga punya rasa cinta, benci, suka, dll.
Nih, salah satu contoh percakapan dua orang akhwat:
Nayla: “ras, mau nanya donk!”
Laras: “nanya apa?!“
Nayla: “tapi, kamu jawab yang jujur ya!”
Laras: “iya, emang apa?”
Nayla: “kamu pernah jatuh cinta ga?”
Laras terdiam cukup lama. Sambil berjalan di gang yang tak begitu lebar, Laras menanyakan pada dirinya sendiri: ”Pernahkah aku jatuh cinta?”
Nayla yang berjalan di depan Laras memperlambat langkah agar mereka bisa berjalan sejajar dan Nayla menunggu jawaban dari Laras.
Laras: “iya, pasti-lah pernah!” (bohong, jika ada yang mengatakan tidak pernah jatuh cinta, pikir Laras)
Nayla: “sama ikhwan?! Baru-baru ini?! (Nayla hanya memastikan bahwa sahabatnya itu pernah jatuh cinta dengan ikhwan; akhwat jatuh cinta sama ikhwan!)
Laras: “emmm, mungkin lebih tepatnya kagum! Ya, kagum! Hanya sebatas itu.” (Laras mengoreksi jawabannya. Laras pikir selama ini rasa itu hanya sebatas rasa kagum, gak lebih)
Nayla: “yup! Lebih tepatnya kagum! Aku kira orang kayak kamu gak bisa jatuh cinta!”
Laras: “loh, kenapa kamu mikir kayak gitu?!”
Nayla: “ya, akhwat kayak kamu itu kayaknya gak mungkin punya perasaan apa-apa sama ikhwan, gak mungkin jatuh cinta. Kamu itu kalem, pendiem, berwibawa banget. Ya gak mungkin-lah.”
Laras: “Tapi, nyatanya, aku bisa kagum juga kan sama ikhwan?! Itu mah fitrah kali!”
Yup! Yang namanya kagum, apalagi kagum antar lawan jenis, hal itu mah wajar-wajar aja. Yang gak wajar itu, kalo rasa kagum yang ada pada diri kita malah membuat kita melakukan hal-hal yang gak sepantasnya dilakukan (apaan tuh?!), apalagi oleh ikhwan akhwat loh. Berat euy sandangan ikhwan akhwat itu. Yang ada di pikiran kebanyakan orang nih, yang namanya ikhwan akhwat itu gak nganut yang namanya pacaran. Ikhwan akhwat lebih nganut system ta’aruf sebelum nikah. Gaya pacaran ikhwan akhwat, ya setelah mereka nikah nanti.
Nih, bukti kalo orang umumnya udah nganggap ikhwan akhwat gak nganut system pacaran.
Di sela-sela praktikum ada sebuah kelompok yang isinya perempuan semuanya bahkan asisten laboratoriumnya (aslab) juga perempuan. Saat menunggu campuran di refluks, yang namanya perempuan kalo lagi gak ada kerjaan pasti ngobrol-ngobrol. Nah, di saat-saat menunggu itulah, terjadi sebuah obrolan di antara kelompok itu bersama aslab-nya. Dan yang diomongin sama perempuan ya gak jauh dari laki-laki. Mereka membicarakan tentang pacar mereka satu persatu. Di kelompok tersebut ada seorang akhwat. Nah, ketika semuanya telah bergiliran menceritakan tentang pacarnya, tinggal si akhwat inilah yang belum bercerita. Kemudian akhwat ini bertanya: “Kok pada gak nanyain aku sih?”, dengan gaya sok lugunya.
Sang aslab-pun langsung spontan menjawab: “kalo kamu mah gak usah ditanyain, nanti juga tiba-tiba undangan nyampe di tanganku.”
Ya, itulah pandangan orang pada umumnya tentang ikhwan akhwat yang gak nganut system pacaran.
Lantas, bagaimana sebenarnya kondisi interaksi ikhwan akhwat itu sendiri?! Apakah seperti yang di duga kebanyakan orang pada umumnya?! Akankah interaksi yang dilihat selama ini di luaran sama seperti yang aslinya?!
Banyak orang yang memperhatikan bahwa ikhwan akhwat itu sangat menjaga dalam berinteraksi. Namun terkadang, ikhwan akhwat juga bisa khilaf. Loh kok khilaf?! Maksudnya apa?!
Ada hal-hal yang terkadang sulit dilakukan ikhwan akhwat untuk menjaga interaksi itu. Misalnya nih, pada saat praktikum, akan banyak kemungkinan bagi ikhwan akhwat untuk bersentuhan. Eits, bersentuhan di sini bukan karena di sengaja loh, tapi memang kondisi praktikum yang membuatnya bisa seperti itu. Interaksi seperti ini mungkin masih bisa diwajarkan jika memang tidak bisa dihindari lagi. Tapi kalo masih bisa dihindari, ya di minimalisir.
Ada lagi misalnya, ketika ikhwan akhwat berkecimpung di sebuah organisasi. Entah itu organisasi seperti BEM atau Musholla sekalipun. Adakalanya ketika berinteraksi di BEM misalnya, terkadang sulit untuk menundukkan pandangan atau tidak bercanda secara berlebihan. Hal ini mungkin masih bisa dimaklumi karena kondisinya yang cukup heterogen. Kalo kata seseorang: “ya, jangan kaku-kaku amat!” Tapi, kalo kondisinya lebih banyak orang yang paham akan batasan interaksi, apakah itu diwajarkan?! Dijawab sendiri ya sama diri masing-masing.
Namun akhirnya bukan pembenaran yang muncul dengan kondisi seperti itu. Ikhwan akhwat tetap harus menjaga interaksi. Atau kalaupun akhirnya memang tidak bisa dihindari untuk 'mencair', ya sudah lakukanlah interaksi itu sewajarnya. Ikhwan akhwat aktivis da’wah biasanya punya system pengentalan tersendiri. Tiap orang punya cara yang berbeda untuk ‘mengentalkan’ dirinya kembali.
Misalnya, Rama, seorang aktivis BEM, yang setiap melakukan 'pencairan' dan dia tersadar bahwa dirinya telah melakukan hal 'pencairan' tersebut, dia pun langsung ke sebuah ruangan, shalat dua rakaat. Temannya, Beno, yang melihat hal itu terus menerus heran. Kenapa heran?! Karena waktu itu bukan termasuk waktu dhuha, lantas Rama itu shalat apa? Dengan rasa penasaran Beno pun bertanya kepada Rama yang baru selesai shalat.
“Akhi, ini kan bukan waktu dhuha, dan tempat ini juga bukan masjid, antum shalat apa, dua rakaat? Dhuha bukan, tahiyatul masjid juga bukan.”
“Akhi, sesungguhnya tadi kita telah melakukan 'pencairan', maka ana melakukan pengentalan diri ana dengan shalat sunnah dua rakaat. Agar diri ini tidak melakukan pembenaran atas apa yang barusan kita lakukan.”
Ya, tiap orang punya mekanisme pengentalan tersendiri. Ibarat suatu fluida, jika dia berada di tempat yang sempit atau berada di suatu pipa yang diameternya kecil, maka untuk dapat melewati itu, dia perlu mengurangi kekentalannya, sehingga fluida itupun dapat mengalir dengan lancar. Namun jika memang fluida itu telah berada di pipa dengan diameter yang lebih besar, maka kekentalannya perlu dikembalikan seperti semula agar mengalirnya fluida itu tetap konstan seperti aliran sebelumnya.
Bahkan, ikhwan akhwat yang berkecimpung di Musholla pun tak terlepas dari hal ini. Kadang, walupun interaksi di batasi dengan hijab pandangan, hijab hati belum tentu bisa di jamin. Ingat dulu yuk, firman Allah: “Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati” (QS 64:4).
Ingat! Apa yang tersembunyi dalam hati kita, Allah juga akan mengetahuinya. Bisa saja kelihatan dari luar, interaksi ikhwan akhwat biasa-biasa saja, namun ternyata di balik hatinya atau di balik hijab itu ada ‘sesuatu’ yang aneh dengan interaksi itu. Ya, semoga kita bukan termasuk ke dalamnya. Kalaupun sudah terlanjur berbuat seperti itu maka marilah kita sama-sama mengazamkan dalam diri untuk menjaga interaksi itu.
Ada kasus juga ikhwan yang curhat ke akhwat ataupun sebaliknya. Misalnya saling menganggap saudara sehingga dalam berinteraksi ya layaknya saudara kandung. Memang betul sih, bahwa persaudaraan yang dibangun ‘di sini’ atas dasar keimanan bukan pertalian darah. Walaupun hanya menjadikan tempat curhat dan gak lebih dari sekedar saudara, tapi sebaiknya tetap berhati-hati karena masalah hati gak ada yang tau. Tetap saja, itu bukan mahramnya kalaupun toh mau berakrab-akrab ria. Bisa aja hari ini curhat-curhatan, eh besoknya mulai timbul ‘rasa’ yang berbeda. Curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati, kemudian dapat menimbulkan permainan hati yang bisa menganggu da’wah. Apalagi bila yang dicurhatkan tidak ada sangkut pautnya dengan da’wah. Atau bisa saja si ikhwan menganggap si akhwat sebagai saudara biasa, tapi ternyata si akhwat malah punya pandangan yang berbeda, begitupun sebaliknya. Yang lebih parah lagi nih, kalo orang-orang yang belum paham melihat hal itu, bisa-bisa mereka jadi illfeel sama ikhwan-akhwat. Atau terkadang, orang yang sudah paham pun malah menanggap hal yang nggak-nggak terjadi di antara interaksi itu, VMJ (Virus Merah Jambu), padahal mah tuh ikhwan dan tuh akhwat gak punya perasaan apa-apa, cuma sebatas saudara atau teman biasa. Mungkin ada benarnya juga kalo kita sebaiknya menjaga interaksi dengan lawan jenis, gak hanya berlaku terhadap ikhwan akhwat aja loh. Lebih baik menjaga bukan daripada terjadi fitnah?! Kalo mau curhat, ya utamakan sesama jenis dulu.
Nah, ada satu cerita yang menarik di sini.
Ada ikhwan, sebut saja Hendy yang curhat ke akhwat, sebut saja Mila, melalui SMS. Mereka beraktivitas dalam satu organisasi dan keduanya bisa di bilang aktivis da’wah.
Hendy: “Assalamu’alaykum. Mila, ana merasa bersalah banget neh sama masalah yang kemarin. Itu semua gara-gara ana. Ana tuh sampe gak bisa tidur mikirin masalah itu. Bawaannya grasak-grusuk mlulu.”
Mila gak langsung membalas sms itu. Dia meng-sms Leo yang memang dekat dengan Hendy.
Mila: “Assalamu’alaykum. Leo, tolong hibur Hendy ya, kayaknya dia masih kepikiran sama masalah yang kemarin.”
Mila meminta Leo untuk menghibur Hendy karena Mila tau bahwa Leo adalah teman dekat Hendy dan Leo tau masalah yang Hendy hadapi.
Leo: “Masalah yang mana? Ana barusan mabit bareng Hendy, tapi dia ga cerita apa-apa.”
Mila: “Masalah yang itu bla, bla, bla.”
Mila menjelaskan masalahnya.
Leo: “Ok. Nanti ana coba ngomong ke Hendy.”
Memang begitulah seharusnya ketika ada seorang ikhwan ataupun akhwat yang curhat ke lawan jenisnya, maka tempat yang di curhatin itu seharusnya mengarahkan seseorang, ke sesama jenis, yang merupakan teman dekatnya sehingga si ikhwan ataupun akhwat bisa di tangani langsung tanpa lintas gender. Hal itu lebih menjaga bukan?!
Ada satu cerita lagi tentang ikhwan akhwat yang jarang sekali berinteraksi, namun ternyata keduanya sepertinya ‘klop’. Mereka menyadari hal itu. Si ikhwan punya perasaan sama akhwat, begitupun sebaliknya: masing-masing saling tahu, tanpa harus di nyatakan. Waktu terus berjalan, mereka pun saling memendam perasaan itu hingga akhir bangku perkuliahan usai. Hingga akhirnya, ada yang mengkhitbah si akhwat. Si akhwat pun meminta ijin kepada si ikhwan (aneh!): betapa sakit hati si ikhwan begitu mengetahui si akhwat akan di khitbah ikhwan lain. Akhirnya, akhwat itu pun tetap melangsungkan pernikahan dan membiarkan si ikhwan dalam kesakithatiannya.
Duh, miris sekali ya. Padahal perasaan yang muncul di antara ikhwan akhwat itu tanpa interaksi yang intens.
Ok, yang terpenting adalah kita saling menasehati dengan cara yang terbaik. Kalau ikhwan yang melampaui batas kepada akhwat, akhwatnya harus tegas, demikian pula sebaliknya. Sesama ikhwan dan sesama akhwat juga harus ada yang saling mengingatkan dengan tegas. Ingat! tegas bukan berarti harus marah-marah karena kita tentunya tahu bahwa tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Semua manusia tak luput dari yang namanya khilaf. Jika memang mengaku bahwa kita bersaudara, maka ingatkanlah! Tegurlah! Jangan biarkan saudara kita terjerembab.
Terkait dengan cinta, sekali lagi diingatkan bahwa akhwat juga bisa jatuh cinta,, ikhwan juga bisa jatuh cinta. Se-ikhwah-ikhwahnya ikhwah, mereka juga manusia yang punya rasa cinta, kagum, suka, dan benci.
Cinta bukanlah tujuan
Cinta adalah sarana untuk menggapai tujuan
Jangan kau sibuk mencari definisi dan makna cinta
Namun kau lalai terhadap Dzat yang menganugrahkan cinta
Dzat yang menumbuhsuburkan rasa cinta
Dzat yang memberikan kekuatan cinta
Dzat yang paling layak dicintai Allah, Sang Pemilik Cinta
Cinta memang tak kenal warna
Cinta tak kenal baik buruk
Cinta tak kenal rupa dan pertalian darah
Memang begitulah adanya
Karena yang mengenal baik buruk, warna dan rupa
Adalah sang pelaku cinta yang menggunakan akal pikirannya
Cinta bukanlah kata benda
Cinta adalah kata kerja
Cinta bukan sesuatu tanpa proses
Cinta itu butuh proses
Jangan mau kau terjatuh dalam cinta
Namun, bangunlah cinta itu
Bangunlah cinta dengan keimanan
Maka kau akan mengorbankan apa saja
Demi meraih keridhaan Sang Pemilik Cinta
Bangunlah cinta dengan ketakwaan
Maka kau tak kan gundah gulana
Ketika kehilangan cinta duniawi
Karna kau yakin Yang kau cari adalah cinta dan ridha Allah
Bukan cinta yang sementara

Kamis, 19 Agustus 2010

ETIKA GAUL ISLAM

Sebelumnya, kita sudah berpusing ria dengan kebingungan manusia dalam beretika (yang diwakili para filsuf). sekarang, waktunya kita bergembiradengan etika gaul islam. sebrtulnya gampang aja membedakan antara etika buatan manusia dan etika (akhlak) Islam karena sama gampang nya kayak membedakan antara hitam dan putih.

Nggak percaya? kalau nggak percaya, lanjut aja bacanya.

pertama-tama, kita lihat dulu keadaan manusia sekarang. sebagai ilustrasi, ada satu pendapat dari sayyid Quthb tentang hal itu:

"Islam datang untuk menyelamatkan umat manusia seluruhnya dari kegalauan yang meliputi pikiran dan kehidupannya serta memberatinya. (islam pun datang) untuk menyelamatkan manusia dari kerancuan yang telah menyesatkan pikiran dan kehidupannya untuk membangun konsep yang khusus dan unik bagi manusia dan kehidupan lain yang berjalan sesuai dengan sistem Allah yang lurus. namun, seluruh umat manusia kini kembali lagi kepada kegalauan dan kerancuan itu." (karakteristik konsepsi islam. hlm.20-21)

mungkin kita bertanya-tanya, apa sih kegalauan dan kerancuan itu? kayaknya manusia sekarang hidup biasa-biasa aja. kalau ada yang rancu paling-paling karena emang manusianya udah gila alias stres.

cuma, ada manusia yang gila karena hilang ingatan dan ada manusia yang gila karena batin nya menderita; menimbulkan penyakit-penyakit kejiwaan yang ringan hingga gejala skizoprenia yang akut atau menimbulkan penyakit sosial yang menggejala seakan sulit dismbuhkan. nah, kalau gilanya karena hilang ingatan sih, tinggal di masuki ke RSJ alias rumah sakit jiwa. semoga sembuh. cuma, kalau gila nya karena penyakit jiwa dan sosial, ini yang bikin repot. gilanya sih nggak ngerepotin dokter dan perawat di RSJ, tapi ngerepotin semua manusia. nggak percaya? baca kisah di blog yola berikut nyaaaaa.....................

Sabtu, 07 Agustus 2010

About Me...

Aku....
aku adalah seorang wanita....

wanita yang berhati lembut....
wanita yang mempunyai perasaan selembut salju...
wanita yang tegas dan mempunyai prinsip....

aku....
aku adalah seorang akhwat....

akhwat yang tegas...
tak peduli dengan segala ancaman maksiat...
yang selalu menangis dikala malam....

aku...
itulah aku....